Setiap
orang tua pasti mengharapkan anaknya pintar, cerdas, dan mampu menyelesaikan
tugas-tugas akademik sekolah dengan baik, sukur-sukur rangking satu. Harapan
inilah yang menyebabkan orang tua berlomba-lomba memfasilitasi berbagai macam
keperluan anak, termasuk les privat berbagai macam. Harapannya agar anak
menjadi siswa seperti yang diharapkan.
Meskipun sudah dileskan berbagai macam pelajaran, masih banyak anak yang
berprestasi rendah padahal berdasarkan tes inteligensi (IQ) anak termasuk berIQ
rata-rata bahkan superior (lebih besar dari 110 skala Weschler).
Fenomena
ketidakkonsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan tersebut
memunculkan pertanyaan bagiamana sistem pendidikan yang sangat kompetitif
ternyata dapat melahirkan generasi yang tangguh secara keilmuan tetapi rapuh
atau gagal dalam kehidupan. Salah satu
kemungkinan penyebabnya adalah
ketika anak didik dihadapkan kepada beban pendidikan yang terlalu banyak
dan ekspetasi yang terlalu tinggi dikarenakan lingkungan yang sangat
kompetitif, sistem pendidikan dan lingkungan tidak memberikan ruang yang cukup
untuk mengembangkan konsep diri anak didik secara matang dan positif.
Konsep
diri merupakan seperangkat instrument pengendali mental dan karenanya
mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang. Gunawan (2005) menyebutkan
bahwa seseorang yang mempunyai konsep
diri positif akan menjadi invidu yang mampu memandang dirinya secara positif,
berani mencoba dan mengambil resiko, selalu optimis, percaya diri, dan antusias
menetapkan arah dan tujuan hidup. Terkait dengan pencapaian akademik,
hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh
Shupe dan Yager (2005) dan Yeung dan Marsh dalam O’Mara dkk (2006)
menunjukkan bahwa konsep diri dan pencapaian akademik siswa adalah dua hal yang
saling memperngaruhi. Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dalam
berbagai tingkatan mulai dari sekolah dasar sampai dengan perguran tinggi,
seseorang dengan konsep diri yang positif cenderung memiliki pencapaian
akademik yang lebih baik.
Tripp
Jr (2003), Shupe dan Yager (2005) mengemukakan bahwa seseorang dengan konsep
diri positif akan mempunyai kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang baik
pula, yang memungkinkan untuk melakukan evaluasi secara obyektif terhadap
dirinya sendiri. Sementara itu menurut Germer (2004), konsep diri merupakan
kunci untuk membangun komunikasi terbuka antara guru dan murid sehingga menciptakan
partisipasi aktif antara keduanya dalam kegiatan belajar mengajar. Baik Germer
dan Yager, menyimpulkan bahwa dengan konsep diri positif akan meminimalisasi
munculnya kesulitan belajar dalam diri siswa.
Berkurangnya kesulitan belajar inilah yang pada akhirnya memungkinkan
siswa untuk mendapatkan penguasaan akademik yang lebih baik. Dari sini, nampak
bahwa konsep diri positif menjadi pemacu keberhasilan akademik. Meskipun
demikian, menarik untuk mencermati penemuan Yan dan Haibui (2005) yang
mengungkapkan bahwa anehnya pada anak-anak yang berbakat atau mempunyai
kemampuan akademik yang mengagumkan, didapatkan konsep diri negatif meski tidak
signifikan. Menurut Syah (2007), siswa yang sangat cerdas dapat mempunyai
konsep diri yang negatif yang ditandai dengan munculnya kesulitan belajar
dikarenakan tuntutan keingintahuannya dirasakan tidak diperlakukan secara adil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar